Postingan

Menampilkan postingan dengan label Tradition

Gebug Ende, Tradisi Turunkan Hujan

Gambar
Gebug Ende, Tradisi Turunkan Hujan Ada sejumlah tradisi yang unik dan menarik di Bali Utara. Salah satunya tradisi yang bercirikan semangat berperang bernafaskan kepahlawanan yang sampai saat sekarang masih ada, dilakoni masyarakatnya. Perang Rotan atau yang lebih dikenal dengan gebug ende, terdapat di desa patas kecamatan gerokgak. Namun tradisi ini sebenarnya berasal dari Desa Seraya Karangasem. Tradisi ini biasanya dimainkan jika musim kemarau tiba. Saat itu masyarakat Seraya memiliki tradisi budaya religious itu untuk memohon turunnya hujan. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, dimana pemain saling memukul lawan dengan menggunakan sebuah rotan yang panjangnya mencapai 2 meter. Sedangkan alat penangkisnya sebuah perisai bergaris tengah 60 cm terbuat dari lapisan kulit sapi kering yang terikat pada bingkai kayu. Disamping para pemain, di dalam arena permainan juga terdapat dua orang yang bertugas untuk melerai ketika pertarungan semakin keras. Mereka disebu...

Bengkala, Desa Tua dengan beragam keunikan.

Gambar
Desa Bengkala terletak di wilayah Kecamatan Kubutambahan, 300 meter diatas permukaan laut. Desa Bengkala telah ada ratusan tahun seriring dengan ditemukannya Prasasti dengan angka tahun 1103 tertanggal 22 Juli oleh Penglingsir Desa Bengkala yang bernama Pan Sawit di tepi tebing Tukad Daya Bengkala, yang mana pada saat itu pemerintahan dibawah pimpinan Sri Maha Raja Haji Jaya Pangus yang dibantu kedua permaisurinya Sri Prameswari Sri Indra Lancana dan Sri Maha Raja Dewi Sri Sasangkaja Ketana. Seperti diceritakan Kepala Desa Bengkala Made Arpana. Kepala Desa Bengkala Made Arpana menuturkan, keenam lempeng prasasti tersebut memuat aktivitas masyarakat Desa Bengkala secara umum yakni bertani atau bercocok tanam. Adapun isi dari keenam lempeng prasasti yang brangka tahun 1103 itu yakni, 1.       Bengkala boleh mengatur Daerahnya sendiri 2.       Bengkala dibebaskan dari pajak desa. 3.       Beng...

Tradisi Cak-cakan di Desa Sambirenteng

Gambar
Tradisi Cak-cakan di Desa Sambirenteng       Diperkirakan tradisi ini sudah berlangsung sejak beratus-ratus tahun lalu dan tetap dipelihara oleh warga setempat, biasanya tradisi ini rutin dilakukan tepat pada tilem kapitu, bulan mati ketujuh, setiap tahunnya. Tradisi Macak-cakan merupakan sebuah permainan sabungan Ayam yang disakralkan oleh Krama Desa Sambirenteng yang dilaksanakan di areal Pura Bale Agung Desa Sambirenteng. Dalam proses tabuh rah atau cak-cakan itu terdiri dari beratus-ratus seet. Hal tersebut terjadi dikarenakan dalam aturan adat, masing-masing krama desa membawa satu ekor ayam aduan. Bagi krama yang tidak memiliki ayam dapat menukarnya dengan uang atau disebut dengan pemirak. Tradisi ini muncul pada awalnya karena desa Sambirenteng mengalami bencana seperti banyak warga yang jatuh sakit, terjadi keributan antar warga, sehingga membuat pemimpin desa kala itu memohon petunjuk. Akhirnya mendapat pawisik untuk melaksanakan pecaruan...