Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Gebug Ende, Tradisi Turunkan Hujan

Gambar
Gebug Ende, Tradisi Turunkan Hujan Ada sejumlah tradisi yang unik dan menarik di Bali Utara. Salah satunya tradisi yang bercirikan semangat berperang bernafaskan kepahlawanan yang sampai saat sekarang masih ada, dilakoni masyarakatnya. Perang Rotan atau yang lebih dikenal dengan gebug ende, terdapat di desa patas kecamatan gerokgak. Namun tradisi ini sebenarnya berasal dari Desa Seraya Karangasem. Tradisi ini biasanya dimainkan jika musim kemarau tiba. Saat itu masyarakat Seraya memiliki tradisi budaya religious itu untuk memohon turunnya hujan. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, dimana pemain saling memukul lawan dengan menggunakan sebuah rotan yang panjangnya mencapai 2 meter. Sedangkan alat penangkisnya sebuah perisai bergaris tengah 60 cm terbuat dari lapisan kulit sapi kering yang terikat pada bingkai kayu. Disamping para pemain, di dalam arena permainan juga terdapat dua orang yang bertugas untuk melerai ketika pertarungan semakin keras. Mereka disebu

Melancong sambil belajar Sejarah di Brahma Wihara Arama Banjar.

Gambar
Melancong sambil belajar Sejarah di Brahma Wihara Arama Banjar. Wihara Buddha ini yang bernama Brahma Wihara Arama terletak di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar dengan jarak sekitar 19 Km dari kota Singaraja ke arah Barat. Objek dapat dicapai dengan kendaraan bermotor yang menelan waktu perjalanan sekitar 30 menit, karena keadaan jalan cukup baik. Objek ini berada di dataran tinggi / di daerah sekitar perbukitan yang diperkirakan memiliki ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan laut. Wihara ini mempunyai areal tanah sekitar 1,5 Ha dan khusus untuk bangunan Brahma Wihara Arama hanya sekitar 35 Are, sedangkan sisanya berupa tanah perkebunan yang berada di sekeliling wihara. Letak objek ini agak jauh dari permukiman masyarakat Banjar, sehingga nampaknya benar-benar tenang, jauh dari keramaian, dan sangat menyejukan karena keindahan alam sekelilingnya. Tempat ini sungguh amat tepat, letaknya agak tinggi dan strategis, sehingga seluas mata memandang tampak pemandangan laut d

Bengkala, Desa Tua dengan beragam keunikan.

Gambar
Desa Bengkala terletak di wilayah Kecamatan Kubutambahan, 300 meter diatas permukaan laut. Desa Bengkala telah ada ratusan tahun seriring dengan ditemukannya Prasasti dengan angka tahun 1103 tertanggal 22 Juli oleh Penglingsir Desa Bengkala yang bernama Pan Sawit di tepi tebing Tukad Daya Bengkala, yang mana pada saat itu pemerintahan dibawah pimpinan Sri Maha Raja Haji Jaya Pangus yang dibantu kedua permaisurinya Sri Prameswari Sri Indra Lancana dan Sri Maha Raja Dewi Sri Sasangkaja Ketana. Seperti diceritakan Kepala Desa Bengkala Made Arpana. Kepala Desa Bengkala Made Arpana menuturkan, keenam lempeng prasasti tersebut memuat aktivitas masyarakat Desa Bengkala secara umum yakni bertani atau bercocok tanam. Adapun isi dari keenam lempeng prasasti yang brangka tahun 1103 itu yakni, 1.       Bengkala boleh mengatur Daerahnya sendiri 2.       Bengkala dibebaskan dari pajak desa. 3.       Bengkala boleh memotong hewan apapun untuk upakara. 4.       Bengkala boleh